Syarat Diterimanya Amal

Monday, July 15, 20130 comments

Abdullah Ibn Mas'ud : "Sederhana di atas sunnah itu lebih baik daripada bersungguh-sungguh di atas bid'ah."

Mengapa sederhana di atas sunnah itu lebih baik daripada bersungguh-sungguh di atas bid'ah?Al-Jawaab : Karena amalan sunnah itu membuahkan pahala maka sekecil apapun ia akan bernilai disisi Allah Subhanahu wa Ta'ala... sedang perbuatan bid'ah adalah tertolak meskipun sebesar apa pun ia.

Memang benar, hanya Allah yang tahu apakah amalan kita itu diterima atau di tolak. Tapi Allah juga mengabarkan kriteria amal yang diterima. Dan kriteria/syarat diterimanya amal itu adalah :
1. Ikhlas karena Allah,
2. Ittiba' yaitu mengikuti tuntunan nabi shalallahu'alayhi wasallam

“Barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam agama kami ini yang tidak ada asalnya, maka perkara tersebut tertolak.” HR. Bukhari - Muslim
Abdullah bin ‘Umar ~radhiyallahu 'anhu~ berkata: “Setiap bid’ah adalah sesat, walaupun manusia menganggapnya baik.”

Dikisahkan bahwa Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu melewati suatu masjid yang di dalamnya terdapat orang-orang yang sedang duduk membentuk lingkaran. Mereka bertakbir, bertahlil, bertasbih dengan cara yang tidak pernah diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu Ibnu Masud meng-ingkari mereka, tetapi mereka menjawab: ”Demi Allah, wahai Abu ‘Abdurrahman kami tidaklah menginginkan selain kebaikan.”
Ibnu Mas’ud berkata, “Betapa banyak orang yang menginginkan kebaikan, namun tidak mendapatkannya.” (Dishahihkan oleh Syaikh Al Albani)

Lihatlah kedua sahabat ini -yaitu Ibnu Umar dan Ibnu Mas’ud- meyakini bahwa niat baik semata-mata tidak cukup.Namun ibadah bisa diterima di sisi Allah juga harus mencocoki teladan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Dalam ibadah; baik itu shalat, puasa, dzikir semuanya harus memenuhi syarat diterimanya ibadah yaitu : (1) ikhlas dan (2) ittiba' (ada tuntunannya)

Ingatlah!! tidak cukup seseorang melakukan ibadah dengan dasar karena niat baik semata, tetapi dia juga harus melakukan ibadah SESUAI dengan ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sehingga tidaklah tepat perkataan sebagian orang ketika dikritik mengenai ibadah atau amalan yang ia lakukan, lantas ia mengatakan, “Menurut saya, segala sesuatu itu kembali pada niatnya masing-masing”.

Allah ta'ala berfirman: katakanlah (wahai Nabi) “Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatan? Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya. Mereka itu orang-orang yang telah kufur terhadap ayat-ayat Tuhan mereka dan (kufur terhadap) perjumpaan dengan Dia, maka hapuslah amalan – amalan mereka, dan Kami tidak mengadakan suatu penilaian bagi (amalan) mereka pada hari kiamat.” (QS. Al Kahfi [18] : 103-105)

Terkait ayat tersebut, ulama tafsir berkomentar: kaum merugi yang dimaksud ayat tersebut adalah mereka yang beribadah tidak sesuai tuntunan.Mereka menyangka telah berbuat kebaikan namun nyatanya yang dikerjakan adalah kerusakan karena tidak sesuai tuntunan utusan Ar Rahman. Yang diprioritaskan adalah niat."Yang penting niatnya baik". Begitu ucapan mereka. Namun nyatanya yang mereka raih adalah kerugian di akhirat. Sungguh seandainya niat baik cukup sebagai syarat sah amal. Mereka yang Allah sebut dalam ayat tersebut tidak akan menyesal di akhirat.Oleh karena itu agar kita tidak termasuk golongan merugi maka perhatikanlah niat dan cara kita dalam beramal.

firman Allah di surat Al Mulk ayat 2: "Dialah yang menciptakan kematian & kehidupan Untuk menguji kalian siapa diantara kalian yang paling baik amalnya."
Imam Ibnul Mubarrok berkata: yang paling baik amalnya adalah Yang paling ikhlas dan paling sesuai dengan tuntunan Nabi shallallahu alaihi wa sallam.

___semoga bermanfaat___ 
Share this article :

Post a Comment

 
Support : Advertise Here | Business Center | Portal UKM Indonesia
Copyright © 2013. BURSA UMKM - All Rights Reserved